Apakah Presiden Prabowo Punya Kewarganegaraan Yordania?

SuaraNalar.com-Wacana #KaburAjaDulu dan #IndonesiaGelap membawa publik pada ingatan terkait cerita Presiden Prabowo Subianto yang “kabur” ke Yordania pasca peristiwa 1998 atau transisi dari Orde Baru ke Reformasi, serta isu kalau Prabowo memperoleh kewarganegaraan di negara tersebut.
Setelah diberhentikan dari jabatannya sebagai Pangkostrat pada tahun 1998, Prabowo sempat meninggalkan Indonesia. Ia mengantar istrinya saat itu, Titiek Soeharto, serta anak semata wayangnya, Didit, ke Amerika Serikat untuk menempuh pendidikan. Namun, perjalanan Prabowo tak berakhir di sana. Ia kemudian terbang ke Amman, Yordania, dan menetap untuk waktu yang cukup lama.
Baca juga: Prabowo Soroti Ketegangan Iran-Israel, Tekankan Pentingnya Solusi Damai
Di negeri Timur Tengah itulah, Prabowo mendapatkan sambutan hangat dari Raja Abdullah II. Berdasarkan berbagai catatan dan laporan media kala itu, termasuk harian Kompas, Prabowo memperoleh status kehormatan kewarganegaraan dari Raja Yordania. Status ini tidak sembarangan; dikenal dengan istilah Royal Decree, yakni dekret khusus dari Raja yang menandai kedekatan personal dan penghargaan tinggi.
“Prabowo mendapat penghargaan kewarganegaraan dari Raja Yordania setelah pengunduran dirinya dari Pangkostrat. Ini adalah bentuk penghormatan yang luar biasa,” ujar salah satu narasumber dalam video tersebut sebagaimana dilansir dari Kompas TV, pada Senin (21/7/2025).
Prabowo Membangun Bisnis di Yordania
Selama di Yordania, Prabowo juga tidak tinggal diam. Ia memimpin perusahaan milik adiknya, Hashim Djojohadikusumo, dan menjabat sebagai General Manager. Nyaris setahun ia menetap di sana, terlibat dalam dunia bisnis, jauh dari hiruk-pikuk politik Indonesia pascareformasi.
Namun, takdir membawa Prabowo untuk kembali. Saat Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur berkunjung ke Yordania, Prabowo sempat menemui beliau dan meminta pertimbangan tentang apakah ia sebaiknya kembali ke tanah air. Gus Dur tidak memberikan jawaban pasti. Tapi saat kabar ayahandanya, ekonom senior Prof. Sumitro Djojohadikusumo, jatuh sakit keras, Prabowo merasa harus pulang.
Namun, niat baiknya terhambat oleh kendala administratif. Paspor Prabowo ternyata sudah tidak berlaku. Upayanya untuk mendapatkan layanan di kantor perwakilan RI (KBRI) di luar negeri menemui jalan buntu. Ia tidak dilayani karena dianggap memiliki persoalan administratif yang rumit.
Baca juga: Saber Pungli Dibubarkan Prabowo, Korupsi Kecil Makin Merajalela?
“Saya pernah menghubungi KBRI di luar negeri, dan ternyata ada masalah administratif yang tidak mudah diselesaikan,” ungkap Prabowo dalam rekaman video tersebut.
Di tengah kebuntuan itu, Prabowo menghubungi sahabat sekaligus seniornya, Letjen Purn. Luhut Binsar Pandjaitan, yang saat itu menjabat Duta Besar RI untuk Singapura. Dari sinilah jalan pulang Prabowo mulai terbuka.
Cerita ini dituturkan oleh Atmaji, mantan wartawan sekaligus orang kepercayaan Luhut. Suatu hari, Luhut mendapat telepon dari stafnya bahwa ada tamu tak terjadwal yang ingin menemuinya. Begitu melihat siapa yang datang, Luhut langsung mengenali Prabowo, sosok yang datang dengan wajah letih, masih mengenakan jas dan membawa tas kecil, diduga langsung dari Yordania.
Melihat urgensi situasi ayah Prabowo sedang sakit keras Luhut langsung turun tangan. Ia meminta staf imigrasi KBRI untuk segera menerbitkan paspor baru atas nama Prabowo Subianto. Awalnya, permintaan itu ditolak karena dianggap melanggar prosedur dari Jakarta. Namun Luhut tak tinggal diam. Dengan otoritas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, ia memerintahkan agar paspor dibuat.
“Pak Luhut berusaha keras agar paspor baru segera diterbitkan. Karena situasinya mendesak, ia bertindak langsung untuk membantu,” kata Atmaji, yang menyaksikan langsung upaya tersebut.
Akhirnya, dengan dokumen perjalanan baru itulah Prabowo bisa kembali ke Indonesia. Kisah ini bukan hanya potongan sejarah pribadi seorang presiden, tapi juga cerminan betapa rumit dan emosionalnya perjalanan hidup pascareformasi bagi banyak tokoh nasional. Dari penghormatan di negeri jauh, dunia bisnis, hingga kembali demi orang tua Prabowo melintasi banyak fase sebelum kini duduk di kursi tertinggi negeri.***