Strategi Sri Mulyani: Rp 12 Triliun dari Lelang Surat Berharga Syariah Negara

SuaraNalar – Di tengah berbagai tantangan fiskal dan dinamika perekonomian global, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali memainkan jurus andalannya: lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Hasilnya, pada Selasa (15/4), negara berhasil menghimpun dana sebesar Rp 12 triliun dari lelang instrumen syariah tersebut.
Namun, capaian ini hanya sebagian dari cerita yang lebih besar—sebab total penawaran yang masuk mencapai angka fantastis: Rp 36,12 triliun. Angka ini menjadi cerminan bahwa, di balik sunyi jalan-jalan kebijakan fiskal, kepercayaan investor terhadap instrumen keuangan syariah milik pemerintah masih sangat tinggi.
Langkah Strategis dari Sri Mulyani
Lelang SBSN ini diselenggarakan melalui sistem Bank Indonesia dan menawarkan tujuh seri surat utang syariah, yakni dua SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara Syariah) dan lima PBS (Project-Based Sukuk). Dari total penawaran yang masuk, pemerintah memutuskan hanya menyerap sepertiga saja, sebagai bentuk pengelolaan utang yang pruden dan selektif.
“Total penawaran yang masuk sebesar Rp 36,12 triliun, dan nominal yang dimenangkan Rp 12 triliun,” ungkap Suminto, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu.
Membedah Lelang: Dari Jangka Pendek hingga Panjang
Instrumen yang ditawarkan mencerminkan strategi pendanaan negara dari jangka pendek hingga jangka panjang:
🕐 SPN-S: Jangka Pendek, Cepat dan Lincah
-
SPNS13102025: penawaran Rp 2,42 triliun, yield tertinggi 6,48%, jatuh tempo 13 Oktober 2025.
-
SPNS12012026: penawaran Rp 5,83 triliun, nominal dimenangkan Rp 1,3 triliun, jatuh tempo 12 Januari 2026.
Instrumen SPN-S bersifat diskonto—tanpa kupon—menjadikannya cocok untuk strategi likuiditas jangka pendek pemerintah.
📊 PBS: Stabilitas Jangka Menengah-Panjang
-
PBS003 (2027): penawaran Rp 11,3 triliun, dimenangkan Rp 3,4 triliun, kupon 6,00%.
-
PBS030 (2028): penawaran Rp 8,32 triliun, dimenangkan Rp 4,5 triliun, kupon 5,875%.
-
PBSG001 (2029): penawaran Rp 2,02 triliun, dimenangkan Rp 1 triliun, kupon 6,625%.
-
PBS034 (2039): penawaran Rp 2,16 triliun, dimenangkan Rp 300 miliar, kupon 6,5%.
-
PBS038 (2049): penawaran Rp 4,05 triliun, dimenangkan Rp 1,5 triliun, kupon 6,875%.
Tenor hingga 24 tahun (PBS038) menandai kepercayaan jangka panjang terhadap stabilitas fiskal Indonesia.
Mengapa Investor Mengincar SBSN?
Ada sejumlah alasan mengapa investor sangat tertarik terhadap SBSN:
-
Bersifat syariah, artinya bebas riba—menjadi primadona di kalangan institusi dan investor Muslim.
-
Didukung negara, sehingga dianggap berisiko rendah.
-
Diversifikasi portofolio, terutama untuk dana pensiun, asuransi syariah, dan perbankan syariah.
Apalagi dalam kondisi geopolitik dan ekonomi global yang penuh ketidakpastian, investor cenderung memilih instrumen safe haven berjangka panjang seperti PBS038.
Catatan Kritis: Di Balik Keberhasilan, Tetap Perlu Waspada
Meskipun sukses besar dari sisi penawaran, realisasi hanya Rp 12 triliun menunjukkan sikap hati-hati dari Kementerian Keuangan. Ini menjadi penyeimbang yang penting dalam menjaga:
-
Defisit APBN tetap terkendali
-
Rasio utang terhadap PDB tetap sehat
-
Yield yang kompetitif, agar tak membebani fiskal di masa depan
Namun, tantangan tetap ada—dari ketidakpastian global, fluktuasi rupiah, hingga potensi pelemahan penerimaan pajak pasca tahun politik.
Refleksi: Keuangan Negara yang Tertata, Tapi Tetap Butuh Dukungan
Sri Mulyani kembali menunjukkan bahwa pengelolaan pembiayaan negara tidak melulu harus dramatis. Terkadang, dalam keheningan sistem BI, negara bisa membiayai dirinya dengan penuh perhitungan dan kecermatan. Tapi kita semua tahu, fiskal bukan sekadar angka, melainkan juga kepercayaan dan harapan.